Sabtu, 26 Mei 2012

Hadits Qudsiy


Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. baik berupa perkataan (qawli), perbuatan (fi’li) dan ketetapan (taqrir). Ada lima bentuk Hadits yaitu Hadits qauli, Hadits fi’li, Hadits taqriri, Hadits hammi dan Hadits ahwali. Perkembangan Hadits pun terbagi dalam lima periode yaitu Masa Nabi Muhammad Saw., Masa Sahabat, Masa Tabi’in, Masa Tabi’it Tabi’in, dan Masa Setelah Tabi’it Tabi’in.
Berdasarkan kuantitas perawinya Hadits dibagi menjadi dua yaitu Hadits mutawatir dan Hadits ahad. Sedangkan berdasarkan kualitas sanad dan matan Hadits dibagi menjadi tiga yaitu shahih, hasan dan dho’if.
Rasulullah kadang menyampaikan kepada para sahabat nasehat-nasehat dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat al-Qur’an. Itulah yang biasa disebut dengan Hadits Qudsiy. Disebut Hadits, karena redaksinya disusun oleh Nabi Saw. sendiri, dan disebut Qudsiy karena Hadits ini suci dan bersih (ath-thaharah wa at-tanzih) dan datangnya dari Zat Yang Maha Suci. Istilah lainnya, Hadits ini disebut juga Hadits ilahiyah atau Hadits rabbaniyah. Disebut Ilahi atau rabbani, karena Hadits tersebut datang dari Allah rabb al-‘alamin.
 
A.    Pengertian Hadits Qudsiy
Rasulullah kadang menyampaikan kepada para sahabat nasehat-nasehat dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat al-Qur’an. Itulah yang biasa disebut dengan Hadits Qudsiy atau sering disebut juga dengan Hadits ilahiy atau Hadits rabbany.[1]
Yang dimaksud dengan Hadist Qudsiy yaitu[2]:
“Setiap Hadits yang Rasul menyandarkan perkataannya kepada Allah ‘azza wa jalla”
Pengertian lain yang semakna dengan pengertian di atas adalah:
“Sesuatu yang dikabarkan Allah ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham atau impian yang kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.”
Dari sudut kebahasaan atau etimologi, kata “Qudsiy” berasal dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan yang berarti suci atau bersih. Makna kata “Hadits Qudsiy”, artinya ialah hadits yang suci.[3]
Kata “Qudsiy” menurut bahasa dinisbatkan kepada “qudus” yang artinya suci, yaitu sebuah penisbatan yang menunjukkan adanya pengagungan dan pemulyaan, atau penyandaran kepada dzat Allah yang Mahasuci.[4]
Secara terminologi, terdapat banyak definisi dengan redaksi yang berbeda-beda. Akan tetapi, dari semua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hadits Qudsiy adalah segala sesusatu yang diberitahukan Allah SWT. kepada Nabi Saw. selain al-Qur’an, yang redaksinya disusun oleh Nabi Saw.[5]

B.     Contoh-contoh Hadits Qudsiy
Hadits Qudsiy biasanya dicirikan sebagai berikut[6]:
1.      Ada redaksi hadits qala/yaqulu allahu
2.      Ada redaksi hadits fi ma rawa/yarwihi ‘anillahi tabaraka wa ta’ala
3.      Dengan redaksi lain yang semakna dengan redaksi di atas, setelah selesai penyebutan rawi yang menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat.
Ada dua bentuk periwayatan Hadits Qudsiy[7]:
Pertama, Rasulullah Saw. bersabda, “seperti yang diriwayatkannya dari Allah azza wa jalla.” Contoh:
Dari Abu Dzar r.a. dari Nabi Saw., seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasanya Allah azza wa jalla berfirman, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian, maka janganlah saling menganiaya di antara kalian.”(H.R. Muslim)

Kedua, Rasulullah bersabda, “Allah berfirman...” Contoh:
Dari Ali r.a. ia berkata: “Telah bersabda Nabi Saw.: “Allah SWT. berfirman: “Aku sangat murka kepada orang yang melakukan kezhaliman (menganiaya) terhadap orang yang tidak ada pembelaannya selain Aku.” (H.R. ath-Thabrani dari Ali bin Abi Thalib)
 
“Rasul Saw. bersabda: “Allah SWT. berfirman: “Sesungguhnya rumah-Ku di bumi, adalah masjid-masjid, dan (sesungguhnya) para pengunjung-Ku, adalah orang-orang yang memakmurkannya.” (H.R. Abu Nu’aim dari Abu Sa’id al-Khudri)

C.    Perbandingan antara Hadits Qudsiy dengan al-Qur’an

a.       Persamaan antara Hadits Qudsiy dengan al-Qur’an
Baik Hadits Qudsiy maupun al-Qur’an keduanya bersumber atau datang dari Allah SWT, yang karenanya Hadits Qudsiy ini disebut dengan Hadits Ilahi. Karena dilihat dari sudut sumbernya ini, maka dalam periwayatannya atau penyampaiaan keduanya sama-sama memakai ungkapan, seperti qala Allah ta’ala atau qala Allah ‘azza wa jalla.[8]
b.      Perbedaan antara Hadits qudsiy dengan al-Qur’an
Ada beberapa perbedaan antara Hadits Qudsiy dengan al-Qur’an di antaranya[9]:
1.   Semua lafadz al-Qur’an adalah mutawatir, terjaga dari perubahan dan penggantian karena ia mukjizat, sedang Hadits Qudsiy tidak demikian.
2.      Ada larangan periwayatan al-Qur’an dengan makna, sementara Hadits Qudsiy tidak.
3.   Ketentuan hukum bagi al-Qur’an tidak berlaku bagi Hadits Qudsiy, seperti larangan membacanya bagi orang ytang sedang berhadas, baik besar maupun kecil.
4.      Dinilai ibadah bagi yang membaca al-Qur’an sementara pada Hadits Qudsiy tidak demikian.
5.      Al-Qur’an bisa dibaca untuk shalat sementara Hadits Qudsiy tidak berlaku demikian.
6.   Proses pewahyuan ayat-ayat al-Qur’an dengan makna dan lafadz yang jelas-jelas dari Allah, sedangkan Hadits Qudsiy maknanya dari Allah sementara lafadznya dari Nabi sendiri

D.    Perbandingan antara Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawi

a.       Persamaan antara Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawi
Baik Hadits Nabawi maupun Hadits Qudsiy, pada keduanya bersumber dari wahyu Allah SWT. Hal ini, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya surah an-Najm ayat 3 dan 4, yang berbunyi[10]:

“Dan tiadalah yang diucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
Selain itu, redaksi keduanya (Hadits Qudsiy dan Hadits Nabawi) disusun oleh Nabi SAW. Jadi, yang tertulis itu semata-mata dari ungkapan atau kata-kata Nabi sendiri.
b.      Perbedaan antara Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawi
Perbedaan antara Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawi dapat dilihat pada sudut sandaran, nisbat dan jumlah kuantitasnya sebagai berikut.
1.      Sudut sandaran, Hadits Nabawi disandarkan kepada Nabi Saw., sedangkan Hadits Qudsiy disandarkan kepada Nabi Saw. dan kepada Allah SWT.
2.      Sudut Nisbah, Hadits Nabawi dinisbhakan kepada Nabi Saw., baik redaksi maupun maknanya. Sedangkan Hadits Qudsiy, maknanya dinisbahkan kepada Allah SWT dan redaksinya kepada Nabi.
3.      Sudut kuantitas, jumlah Hadits Qudsiy jauh lebih sedikit daripada Hadits Nabawi.


[1] Ahmad Izzan dkk, Ulumul Hadis, Bandung: Tafakur, 2011, h. 12.
[2] Munzeir Suparta, Ilmu Hadis, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hh. 16-17.
[3] Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, Jakarta: Gaya Gramedia Pratam, 1996, h. 38.
[4] Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Penerjemah: Mifdhol Abdurrahman, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005, h. 25.
[5] M. Agus Solahudin dkk, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2008, h. 25.
[6] Ahmad Izzan dkk, Op.Cit., h. 13.
[7] Manna’ al-Qaththan, Op.Cit., hh. 25-26.
[8] Utang Ranuwijaya, Op.Cit., h. 41.
[9] Munzeir Suparta, Op.Cit., h. 18.
[10] M. Agus Solahudin, Op.Cit., h. 40.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar