Hadits
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. baik berupa
perkataan (qawli), perbuatan (fi’li) dan ketetapan (taqrir). Ada lima bentuk Hadits yaitu Hadits qauli, Hadits fi’li, Hadits taqriri,
Hadits hammi dan Hadits ahwali.
Perkembangan Hadits pun terbagi dalam lima periode yaitu Masa Nabi Muhammad
Saw., Masa Sahabat, Masa Tabi’in, Masa Tabi’it Tabi’in, dan Masa Setelah
Tabi’it Tabi’in.
Berdasarkan
kuantitas perawinya Hadits dibagi menjadi dua yaitu Hadits mutawatir dan Hadits
ahad. Sedangkan berdasarkan kualitas sanad dan matan Hadits dibagi menjadi
tiga yaitu shahih, hasan dan dho’if.
Rasulullah
kadang menyampaikan kepada para sahabat nasehat-nasehat dalam bentuk wahyu,
akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian dari ayat al-Qur’an. Itulah yang
biasa disebut dengan Hadits Qudsiy.
Disebut Hadits, karena redaksinya disusun oleh Nabi Saw. sendiri, dan disebut Qudsiy karena Hadits ini suci dan bersih
(ath-thaharah wa at-tanzih) dan
datangnya dari Zat Yang Maha Suci. Istilah lainnya, Hadits ini disebut juga
Hadits ilahiyah atau Hadits rabbaniyah. Disebut Ilahi atau rabbani,
karena Hadits tersebut datang dari Allah rabb
al-‘alamin.
A.
Pengertian
Hadits Qudsiy
Rasulullah kadang menyampaikan kepada
para sahabat nasehat-nasehat dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut
bukanlah bagian dari ayat al-Qur’an. Itulah yang biasa disebut dengan Hadits Qudsiy atau sering disebut juga
dengan Hadits ilahiy atau Hadits rabbany.[1]
Yang dimaksud dengan Hadist Qudsiy yaitu[2]:
“Setiap Hadits yang
Rasul menyandarkan perkataannya kepada Allah ‘azza wa jalla”
Pengertian lain yang semakna dengan
pengertian di atas adalah:
“Sesuatu yang
dikabarkan Allah ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham atau impian yang
kemudian Nabi menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata
beliau sendiri.”
Dari sudut kebahasaan atau etimologi,
kata “Qudsiy” berasal dari kata qadusa,
yaqdusu, qudsan yang berarti suci atau bersih. Makna kata “Hadits Qudsiy”,
artinya ialah hadits yang suci.[3]
Kata “Qudsiy” menurut bahasa dinisbatkan
kepada “qudus” yang artinya suci, yaitu sebuah penisbatan yang menunjukkan
adanya pengagungan dan pemulyaan, atau penyandaran kepada dzat Allah yang
Mahasuci.[4]
Secara terminologi, terdapat banyak
definisi dengan redaksi yang berbeda-beda. Akan tetapi, dari semua definisi
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hadits Qudsiy adalah segala sesusatu
yang diberitahukan Allah SWT. kepada Nabi Saw. selain al-Qur’an, yang
redaksinya disusun oleh Nabi Saw.[5]
B.
Contoh-contoh
Hadits Qudsiy
Hadits
Qudsiy biasanya dicirikan sebagai berikut[6]:
1. Ada
redaksi hadits qala/yaqulu allahu
2. Ada
redaksi hadits fi ma rawa/yarwihi
‘anillahi tabaraka wa ta’ala
3. Dengan
redaksi lain yang semakna dengan redaksi di atas, setelah selesai penyebutan
rawi yang menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat.
Ada dua bentuk periwayatan Hadits Qudsiy[7]:
Pertama, Rasulullah Saw. bersabda, “seperti yang diriwayatkannya dari Allah azza
wa jalla.” Contoh:
Dari Abu Dzar r.a. dari
Nabi Saw., seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasanya Allah azza wa jalla
berfirman, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan
zhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian, maka janganlah saling
menganiaya di antara kalian.”(H.R. Muslim)
Kedua, Rasulullah bersabda, “Allah berfirman...” Contoh:
Dari Ali r.a. ia
berkata: “Telah bersabda Nabi Saw.: “Allah SWT. berfirman: “Aku sangat murka
kepada orang yang melakukan kezhaliman (menganiaya) terhadap orang yang tidak
ada pembelaannya selain Aku.” (H.R. ath-Thabrani dari Ali bin Abi Thalib)
“Rasul Saw. bersabda:
“Allah SWT. berfirman: “Sesungguhnya rumah-Ku di bumi, adalah masjid-masjid,
dan (sesungguhnya) para pengunjung-Ku, adalah orang-orang yang memakmurkannya.”
(H.R. Abu Nu’aim dari Abu Sa’id al-Khudri)
C.
Perbandingan
antara Hadits Qudsiy dengan al-Qur’an
a. Persamaan
antara Hadits Qudsiy dengan al-Qur’an
Baik Hadits Qudsiy maupun al-Qur’an
keduanya bersumber atau datang dari Allah SWT, yang karenanya Hadits Qudsiy ini
disebut dengan Hadits Ilahi. Karena dilihat dari sudut sumbernya ini, maka
dalam periwayatannya atau penyampaiaan keduanya sama-sama memakai ungkapan,
seperti qala Allah ta’ala atau qala Allah ‘azza wa jalla.[8]
b. Perbedaan
antara Hadits qudsiy dengan al-Qur’an
Ada beberapa perbedaan antara Hadits
Qudsiy dengan al-Qur’an di antaranya[9]:
1. Semua
lafadz al-Qur’an adalah mutawatir, terjaga dari perubahan dan penggantian
karena ia mukjizat, sedang Hadits Qudsiy tidak demikian.
2. Ada
larangan periwayatan al-Qur’an dengan makna, sementara Hadits Qudsiy tidak.
3. Ketentuan
hukum bagi al-Qur’an tidak berlaku bagi Hadits Qudsiy, seperti larangan
membacanya bagi orang ytang sedang berhadas, baik besar maupun kecil.
4. Dinilai
ibadah bagi yang membaca al-Qur’an sementara pada Hadits Qudsiy tidak demikian.
5. Al-Qur’an
bisa dibaca untuk shalat sementara Hadits Qudsiy tidak berlaku demikian.
6. Proses
pewahyuan ayat-ayat al-Qur’an dengan makna dan lafadz yang jelas-jelas dari
Allah, sedangkan Hadits Qudsiy maknanya dari Allah sementara lafadznya dari
Nabi sendiri
D.
Perbandingan
antara Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawi
a. Persamaan
antara Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawi
Baik Hadits Nabawi maupun Hadits Qudsiy,
pada keduanya bersumber dari wahyu Allah SWT. Hal ini, sebagaimana dijelaskan
dalam firman-Nya surah an-Najm ayat 3 dan 4, yang berbunyi[10]:
“Dan tiadalah yang
diucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
Selain itu, redaksi keduanya (Hadits
Qudsiy dan Hadits Nabawi) disusun oleh Nabi SAW. Jadi, yang tertulis itu
semata-mata dari ungkapan atau kata-kata Nabi sendiri.
b. Perbedaan
antara Hadits Qudsiy dengan Hadits Nabawi
Perbedaan antara Hadits Qudsiy dengan
Hadits Nabawi dapat dilihat pada sudut sandaran, nisbat dan jumlah kuantitasnya
sebagai berikut.
1. Sudut
sandaran, Hadits Nabawi disandarkan kepada Nabi Saw., sedangkan Hadits Qudsiy
disandarkan kepada Nabi Saw. dan kepada Allah SWT.
2. Sudut
Nisbah, Hadits Nabawi dinisbhakan kepada Nabi Saw., baik redaksi maupun
maknanya. Sedangkan Hadits Qudsiy, maknanya dinisbahkan kepada Allah SWT dan
redaksinya kepada Nabi.
3. Sudut
kuantitas, jumlah Hadits Qudsiy jauh lebih sedikit daripada Hadits Nabawi.
[1]
Ahmad Izzan dkk, Ulumul Hadis, Bandung: Tafakur, 2011, h.
12.
[2]
Munzeir Suparta, Ilmu Hadis, Jakarta: Rajawali Pers,
2010, hh. 16-17.
[3]
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, Jakarta: Gaya Gramedia
Pratam, 1996, h. 38.
[4]
Manna’ al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadist, Penerjemah:
Mifdhol Abdurrahman, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005, h. 25.
[5]
M. Agus Solahudin dkk, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia,
2008, h. 25.
[6]
Ahmad Izzan dkk, Op.Cit., h. 13.
[7]
Manna’ al-Qaththan,
Op.Cit., hh. 25-26.
[8]
Utang Ranuwijaya, Op.Cit., h. 41.
[9] Munzeir Suparta, Op.Cit., h. 18.
[10]
M. Agus Solahudin, Op.Cit., h. 40.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar