Senin, 07 Mei 2012

Epilog Cinta


Prolog....
          “CINTA”. Menurut matematikawan, cinta itu ibarat tan 900 = ~, karena cinta itu tak terhingga adanya. Kalau kata fisikawan, cinta itu bagaikan gerak lurus beraturan (GLB) yang memerlukan energi(N).
          Tapi di mataku, Lazhananta Putri Aditama, cinta itu ibarat buku, di halaman pertama aku tulis nama Tuhan dan orang tuaku karena berkat cinta merekalah aku ada dan hidup di dunia. Di halaman selanjutnya aku tulis nama teman-teman dan orang-orang yang menyayangiku karena dengan cinta mereka aku menjalani hari-hariku. Lalu aku buka sampai bagian tengah yang mudah ku sobek untuk dibuang, di sana aku tulis nama musuh-musuh dan orang-orang yang pernah menyakitiku karena berkat kebencian merekalah aku dapat lebih memahami bahwa cinta itu sungguh berharga. Dan di halaman terakhir aku menulis namanya, karena dia adalah orang pertama dalam hidupku, yang mengenalkan kepadaku hakikat untuk mencintai dan aku harap dia jugalah orang yang akan menemaniku hingga akhir cerita cinta dalam buku kehidupanku.
          Lazha, begitulah orang memanggilku. Saat ini aku mempunyai sebuah buku cerita kehidupanku dan aku ingin membagikan cerita itu padamu juga pada semua orang. Cerita itu tentang cinta pertamaku.

Antara awal dan akhir....
Cinta pertamaku adalah sebuah ketidak pastian.
Aku adalah seorang murid SMA yang biasa-biasa saja. Tidak cantik, tidak populer, tidak cerdas, dan juga tidak kaya, jadi bisa dikatakan bahwa tidak ada yang bisa di banggakan dari diriku. Namun kawan, mungkin kau dan banyak orang lainnya akan iri bila aku katakan bahwa cinta pertamaku adalah sosok cowok tampan yang selalu menjadi bintang di SMAku. Bintang yang selalu bersinar di setiap hal yang dia lakukan. Basket dan olipiade matematika adalah keahliannya, sedangkan ketua OSIS adalah jabatannya. Tapi ROHIS adalah organisasi yang tidak pernah dia tinggalkan.
Bintang yang selalu bersinar di sekolah juga di hatiku itu bernama Orion. Ya...hanya Orion, tidak lebih juga tidak kurang. Kawan, jika ada yang bilang kalau nama adalah do’a maka, do’a orang tua Orion pastilah sudah terkabul  karena harapan mereka untuk mendapatkan anak yang bersinar terang seperti rasi bintang Orion sudah mereka raih. Dan kini bintang yang bersinar itu menjadi milikku dan hanya milikiku seorang sejak dia mengatakan bahwa dia menyukaiku.
Aku tidak pernah tahu mengapa dia memilihku. Dia bisa mendapatkan yang lebih baik dari diriku yang serba biasa dan tidak dapat dibanggakan. Namun, setiap kutanyakan padanya “mengapa kau memilihku?” maka dia hanya akan diam dan menundukan kepalanya dan akhirnya memberikan seulas senyum simpulnya yang manis dan menenangkan jiwa sebagai jawaban. Dan hingga saat inipun, aku belum pernah bisa mengartikan apa makna di balik senyum yang selalu meluluhkan hatiku itu.
Tapi jika ada yang bertanya “mengapa aku menyukainya?” maka jawabanku bukanlah karena sinar kebintangannya yang begitu terang ataupun wajahnya yang tampan juga bukan karena senyumnya yang selalu menenangkan hati dan jiwaku. Mungkin kau dan semua orang akan mengatakan bahwa jawabanku klise dan munafik. Tapi aku menyukainya karena dia adalah dirinya. Aku menyukai kesederhanaan dalam dirinya juga sikapnya yang selalu tenang dalam setiap keadaan.  Aku menyukai kesabarannya saat mengajariku logaritma, listrik statis juga bilangan Avogadro. Aku menyukai sikapnya yang selalu membuatku merasa spesial, seperti pagi ini saat aku terbangun dari tidurku dan mendapat sebuah pesan singkat yang begitu manis darinya,,,
Apa kabar hati?
Masihkan ia embun? Meruduk tawadu’ di pucuk-pucuk daun
Masihkah dia karang? Berdiri tegar menghadapi gelombang ujian
Apa kabar iman?
Masihkah dia bintang? Yang benderang menerangi kehidupan
Apa kabar sayangku?
Di manapun engkau berada, semoga ALLAH SWT. Senantiasa menjaga dan melindungi dirimu, hatimu dan imanmu
Amin....

Seperti inilah keindahan hari-hari yang aku jalani selama dia ada di sampingku. Meskipun selalu ada guratan-guratan hitam yang mewarnai perjalanan kisah cinta pertamaku, seperti bisikan-bisikan iri dari teman-teman yang tidak dapat melihat kami jalan berdua dengan bahagia, dan cekcok-cekcok kecil yang terjadi karena perbedaan pendapat juga rasa cemburu yang ada. Namun aku dan bintangku bisa mengatasinya dengan baik. Ya...inilah cerita cinta anak remaja yang baru aku rasakan di banggku SMA.
Semua hal terasa manis jika kita menikmatinya dengan penuh rasa cinta. Itulah yang selalu aku rasakan saat aku bersama bintangku. Namun semua rasa manis itu harus berakhir saat aku dan bintangku memutuskan untuk mengakhiri kisah cinta yang manis ini. Sakit memang. Tapi juga ada rasa bahagia dan bangga ketika hubungan ini berakhir. Karena dia, bintang yang selalu bersinar di hatiku, mengakhiri hubungan kami karena ingin fokus pada beasiswa yang dia dapatkan. Aku terima semuanya, karena aku tidak ingin menjadikan cintaku sebagai alasan untuk mengekang harapannya untuk sukses.
Hingga kini, aku masih mengingat kata-kata perpisahan yang dia ucapkan di pertemuan terakhir kami. “Aku adalah mentarimu, jadi meskipun bulan dan bintang menemanimu di saat malam tetap saja mereka hanya memantulkan sinarku dan kamu tidak harus menungguku tetapi cukup untuk kamu tahu bahwa suatu saat nanti mentari ini akan kembali  untuk menyinari hari-harimu lagi ”.

Epilog....
Kini, aku telah beberapa kali mencoba untuk menikmati cinta lain yang aku temui. Namun seperti kata Orion, mereka hanyalah bulan dan bintang yang hanya sekedar memantulkan sinar mentari, karena hingga saat ini pun aku mesih menyimpan sedikit harapan di lubuk hatiku yang suram bahwa Orion akan menepati janjinya untuk kembali padaku.
Tapi di sinilah aku sekarang, dengan hati bergetar menunggu kabar yang tidak kunjung datang.
“Lazha...acara akad nikahnya lancar. Selamat kamu sekarang sudah resmi menjadi nyonya Ares Putra Rendrawan.”
Ya....seperti inilah caraku mengakhiri semua kisah cintaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar