Sabtu, 28 April 2012

FAWATIH AS-SUWAR

A.    Pengertian Fawatih As-suwar
Istilah Fawatih As-suwar terdiri dari dua kata yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih merupakan jamak taksir dari fatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar adalah jamak taksir dari surah, yang berarti surah, dan as-suwar bermakna surah-surah. Dengan demikian, istilah fawatih as-suwar secara harfiah berarti “pembuka surah-surah”. Berdasarkan makna harfiah tersebut, maka secara istilah fawatih as-suwar berarti suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat permulaan surah-surah al-Qur’an.[1]
Dari segi makna bahasa, fawatih as-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks setiap surah. Bila sebuah surah dimulai oleh huruf-huruf hijaiyah, huruf itu biasa dinamakan ahruf muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi huruf tersebut cenderung “menyendiri”, tidak bergabung untuk membentuk sebuah kalimat secara kebahasaan. Namun, segi pembacaannya tidak berbeda dari lafaz yang diucapkan pada huruf hijaiyah.[2]
Fawatih as-suwar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah-surah, ia merupakan bagian dari ayat mutasyabihat. Karena ia bersifat mujmal, mu’awwal, dan musykil. Di dalam al-Qur’an terdapat huruf-huruf awalan dalam pembukaan surah dalam bentuk yang berbeda-beda.[3]
Menurut Ibn Abi al-Isba’  dalam kitab al Khawathir as-Shawanih fi asrar al-fawatih yang ditulisnya, dia menggunakan istilah al-Fawatih dengan arti jenis-jenis perkataan yang membuka surah-surah dalam al-Qur’an. Jenis-jenis perkataan itu dibagi menjadi sepuluh kelompok; salah satunya adalah huruf-huruf tahajji (dibaca dengan cara dieja), atau yang biasa kita sebut dengan al-fawatih. Sementara Sembilan jenis lainnya adalah pujian: pujian kepada Allah, baik tahmid maupun tasbih; nida’  (seruan); jumlah khabariyah (kalimat berita); qasam (sumpah); syarat, perintah, doa, dan ta’lil (alasan).[4]
Jadi dapat disimpulkan bahwa fawatih as-suwar adalah pembuka-pembuka surah yang mengawali sebuah surah dalam al-Qur’an.
B.     Macam-Macam Bentuk Fawatih As-suwar
Surah-surah al-Qur’an dimulai dengan berbagai bentuk. Ia dimulai dengan bentuk yang bervariasi, ada yang sama ada pula yang berbeda. As Suyuti, dengan merujuk kepada Ibn Abi Al-Usaybi’, membagi bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat pembukaan surah-surah al-Qur’an itu kepada sepuluh macam, yaitu sebagai berikut[5]:
1.      Surah-surah yang dimulai dengan pujian (ats-tsanah). Terdapat 14 surah yang di awali dengan pujian, yaitu tahmid, tabaraka, dan tasbih. Yang menggunakan lafaz tahmid terdiri dari lima surah, menggunakan lafaz tabaraka dua surah, dan yang menggunakan lafaz tasbih berjumlah tujuh surat.
2.      Surah-surah yang dimulai huruf-huruf hija’iyah atau huruf muqaththa’ah (huruf potong) terdapat 29 surah yang dimulai dengan huruf potong tersebut.
3.      Surah yang dimulai dengan panggilan (an-nida) hal ini berjumlah 10 surah, 5 di antaranya panggilan kepada nabi Muhammad dan 5 lainnya panggilan kepada umat.
4.      Surah yang mulai dengan jumlah khabariyah (kalimat berita). Hal itu berjumlah 23 surah.
5.      Surah yang dimulai dengan qasam (sumpah), yang berjumlah 15 surah.
6.      Surah yang dimulai dengan jumlah syarthiyah.
7.      Surah yang dimulai dengan kalimat perintah (al-amr).
8.      Surah yang dimulai dengan pertanyaan (istifham).
9.      Surah yang dimulai dengan do’a atau harapan.
10.  Surah yang dimulai dengan ilat (ta’lil).
Ada lima bentuk awalan muqaththa’ah yang dapat dilihat dalam al-Qur’an. Awalan surah tersebut adalah[6]:
a.       Awalan surah yang terdiri dari satu huruf, ini terdapat pada tiga surah.
1.      Surah Shad (QS. 38)                     ص
2.      Surah Qaaf (QS. 50)                     ق
3.      Surah Al Qalam (QS. 68)              ن
b.      Awalan surah yang terdiri dari dua huruf, ini terdapat pada sepuluh surah:
1.      Surah al Mukmin (QS. 40)            حم
2.      Surah Fushshilat (QS. 41)             حم
3.      Surah Asy Syurah (QS. 42)          حم
4.      Surah Az Zukhruf (QS. 43)          حم
5.      Surah Ad Dukhan (QS. 44)          حم
6.      Surah Al Jatsyiah (QS. 45)           حم
7.      Surah Al Ahqaf (QS. 46)              حم
8.      Surah Thaha (QS. 20)                   طﻪ
9.      Surah An Naml (QS. 27)              ﻃس
10.  Surah Yasin (QS. 36)                    يس
Tujuh dari surah di atas dinamakan hawwaamiim.[7]
c.       Awalan surah yang terdiri dari tiga huruf terdapat dalam tiga belas surah:
Enam surah diawali alif lam mim (الم)
1.      Surah Al Baqarah (QS. 2)
2.      Surah Al Imran (QS. 3)
3.      Surah Al Ankabut (QS. 29)
4.      Surah Ar Rum (QS. 30)
5.      Surah Al Luqman (QS. 31)
6.      Surah As Sajadah (QS. 32)
Lima surah diawali dengan alif lam ra (الر)
1.      Surah Yunus (QS. 10)
2.      Surah Hud (QS. 11)
3.      Surah Yusuf (QS. 12)
4.      Surah Ibrahim (QS. 14)
5.      Surah Al Hijr (QS. 15)
Dua surah yang diawali dengan tha sin mim (طسم)
1.      Surah As Syu’araa (QS. 26)
2.      Surah Al Qashash (QS. 28)
d.      Awalan surah yang terdiri dari empat huruf terdapat pada, dua tempat:
1.      Surah Al ‘Araaf (QS. 7)                المص
2.      Surah Ar Ra’du (QS. 13)              المر
e.       Awalan surah yang terdiri dari lima huruf, ini hanya terdapat pada surah Maryam (QS. 19)  كهيعص

C.    Fungsi Fawatih As-suwar

Menurut sebagian ulama, fungsi dari fawatih as-suwar adalah untuk menyempurnakan dan memperindah bentuk-bentuk penyampaian, dengan sarana pujian atau melalui huruf-huruf. Selain itu ia dipandang merangkum segala materi yang akan disampaikan lewat kata-kata awal. Dalam hal ini al-Fatihah dapat digunakan sebagai ilustrasi dari suatu pembuka yang merangkum keseluruhan pesan ayat dan surat yang terdapat di dalam al-Qur’an.
Dari kesepuluh bentuk fawatih as-suwar, yang sering menimbulkan kontroversi di antara para ulama adalah pembuka surat yang berbentuk huruf. Hal ini terbukti dari berbagai pembahasan yang dilakukan oleh para ulama. Dalam persoalan ini terdapat dua kubu ulama yang mengomentari permasalahan tersebut. Pertama, kubu salaf yang memahaminya sebagai rahasia yang diketahui oleh Allah SWT. Di antara mereka adalah ‘Ali bin Abi Thalib ra. Dan Abu Bakar ra. Ahli Hadits pun berpendapat meriwayatkan bahwa para khalifah yang empat berkata yang artinya,
”huruf-huruf  al-Qur’an ini adalah ilmu tersembunyi dan rahasia yang hanya dapat diketahui oleh Allah semata”
Menurut as-Suyuthi, pembukaan-pembukaan surat (awail al-suwar) atau huruf-huruf potongan (al-huruf al-muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama dibagi menjadi dua. Pertama, pendapat ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah. Menurut as-Suyuti pendapat ini adalah pendapat yang mukhtar (terpilih).
Adapun kubu kedua melihat persoalan ini sebagai suatu rahasia yang juga dapat diketahui oleh manusia. Sebagaimana pendapat Ibnu Qatadah, menurut beliau bahwa tidak mungkin Allah SWT  Menurunkan sesuatu yang ada di dalam al-Qur’an kecuali akan memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi hamba-Nya, dan tentu ada sesuatu yang bisa menunjukkan kepada maksud yang dikehendaki-Nya.
Menurut Ibnu Abbas berdasarkan riwayat Ibnu abi Hatim, huruf-huruf itu menunjukkan nama Tuhan. Alif Lam Mim, yang terdapat dalam pembukaan surat Al-baqarah, ditafsirkan dengan Ana Allah A’lam (Akulah Allah Yang Mahatahu). Alif Lam Ra’ ditafsirkan dengan Ana Allah Ara (Akulah Allah Yang Maha Melihat). Juga menurutnya Alif Lam Ra’ dan Ha Mim merupakan ejaan ar-rahman yang dipisahkan. Dalam mengomentari huruf Kaf Ya Ha ‘Ain Shad, ia berkata, “Kaf sebagai lambang Karim (Pemurah), Ha’ berarti Hadin (Pemberi petunjuk), Ya’ berarti Hakim (Bijaksana), ‘Ain berarti Alim (mengetahui), Shad berarti Shadiq (Yang benar).
Menurut Sayyid Quthub, huruf-huruf itu adalah pengingat akan mu’jizat al-Qur’an, dimana al-Qur’an disusun dengan menggunakan huruf-huruf yang lazim dipakai orang arab, akan tetapi mereka tidak dapat menandinginya.
Pendapat lain mengenai fungsi fawatih as-suwar ini ialah bahwa fawatih as-suwar tersebut digunakan sebagai tasbih (peringatan) sebelum melaksanakan melontarkan uraian al-Qur’an, dalam arti menyadarkan perhatian pendengar. Dikarenakan setelah adanya huruf-huruf tersebut pada umumnya adalah ayat yang menerangkan tentang al-Kitab dan kenabian.


[1] Kadar M. Yusuf, Studi Al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2009), Hlm. 55.
[2] Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an, (Bandung: Tafaqur, 2011), Hlm. 196.
[3] Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, (Jakarta: Amzah, 2005), Hlm. 89.
[4] Issa J. Boullata,  Al-Qur’an yang Menakjubkan, (Tangerang: Lentera Hati, 2008), Hlm. 290-291.
[5] Kadar M. Yusuf, Studi Al-Quran, Hlm 55-58.
[6] Abu Anwar, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Hlm. 89-91.
[7] Hawwaamiim (jamak dari haa miim), surah-surah yang diawali dengan ha dan mim.

Kamis, 26 April 2012

Kondisi darah manusia ketika berdoa, sedih, takut dan jatuh cinta
 Sebuah penelitian dilakukan oleh pakar EFT (Emotional Freedom Techniques) untuk menunjukkan bagaimana kondisi darah manusia disaat normal, sedih, gembira, jatuh cinta dan saat berdoa.

Pakar EFT yang bernama Dr. Felicy tersebut mengambil sampel darah seorang pasien bernama Rebecca, kemudian memotretnya dengan menggunakan “darkfield microscope” yang dihubungkan dengan monitor komputer.

Dan tampaklah perubahan drastis pada darah Rebecca tersebut setiap kali emosinya berubah. Berikut ini adalah foto darah seorang Rebecca sebelum dan sesudah melakukan EFT.

Rebecca melakukan EFT dengan mengundang emosi “sedih” dengan cara memikirkan saat-saat sedih sampai dia menangis, lalu sang pakar EFT mengambil sampel darahnya.

Kondisi darah saat sedih,
Sel darah begerak cepat dan berbentuk air mata


Lalu Rebecca menggunakan EFT untuk mengundang energi “cinta” untuk memasuki tubuh dan darahnya. Dan seketika darahnya kembali normal, dan sel-sel darah bergerak dengan indah dan timbul substansi yang berkilauan dalam cairan darah.

Kondisi darah saat merasakan cinta,
Sel darah bergerak pelan dan cenderung berkumpul


Satu kenyataan menarik pada sampel darah saat “sedih” terjadi perubahan seperti pada sampel darah saat “merasakan cinta”. Jadi walaupun darah itu sudah meninggalkan tubuh Rebecca ia tetap masih berhubungan dengan pemiliknya.

Kemudian seorang Rebecca mengundang rasa takut dan memikirkan kejadian menakutkan yang pernah ia alami. Dan sel-sel dalam darahnya bergerak tidak beraturan dengan sangat cepat dan terlihat berjauhan. Mungkin ini adalah akibat dari produksi adrenalin sebagai reaksi normal atas rasa takut.
Kondisi darah saat merasa takut,
Sel darah bergerak tidak beraturan dan berjauhan dengan sangat cepat


Lalu Rebecca mecoba untuk memikirkan “sifat feminine Tuhan”, yang dalam keyakinan agamanya ia sebut “divine mother”, sifat penyayang, penyantun dan pemelihara.

Dan memohon kepada-Nya untuk menyalurkan energi feminine itu kedalam tubuh dan darahnya. Saat berdoa tersebut, Rebecca merasakan seperti ini,
“saya merasakan gelombang energi yang begitu besarnya menyelimuti diri saya, saya sampai menangis bahagia karenanya”
Saat sampel darah Rebecca diambil setelah berdoa dan merasakan pengalaman religius itu, kemudian dilihatkan dibawah mikroskop yang dihubungkan dengan komputer, semua yang hadir dilaboratorium itu seketika terdiam dan terpana karena melihat komdisi darah yang sama sekali berbeda dengan yang lain.
Kondisi darah saat berdoa,
Timbul substansi putih berkilauan, darah bergerak pelan dan sangat teratur 

Cairan darahnya sangat cerah, gerakan sel darah sangat tenang seakan bergerak dengan penuh kedamaian, muncul banyak substansi yang berkilauan. Di dalam sel darah terdapat substansi yang bercahaya dan berdenyut seperti denyutan jantung mini.