Kamis, 03 Mei 2012

Aliran Filsafat Umum

1.      Aliran Raionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang ,mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengkaji pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, alat dalam berfikir ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika. Tokoh-tokoh rasionalisme antara lain:
v  Rene Descartes
Rene descartes dapat dikatakan tokoh filsafat yang merintis lahirnya filsafat modern. Dia mencoba melawan arus dominasi gereja, dengan menggunakan argumen untuk melepaskan filsafat dari lingkungan gereja. Abad ini di mulai dengan Ranaisance, corak filsafat pada abad madern dianutnya kembali Rasionalisme pada masa Yunani kuno, gagasan ino diajukan oleh Rene Descartes, ia disebut bapak filsafat modern. Kata bapak diberikan kepada kepada Descartes karena ia orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri di atas keyakinannya sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah, dasar filsafat harus akal, bukan perasaan, bukan ayat suci bukan pula yang lain.
v  Spinoza (1632 – 1677)
     Nama asli Baruch Spinoza, setelah mengucilkan diri dari agama yahudi mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza, ia hidup di pinggiran kota Amsterdam.
 Substansi itu hanya satu, ia monis. Bodies dan mind adalah atribut yang satu, bodies dan mind bukan berdies sendiri. Bagaimana membedakan atribut bodies dan mind Spinoza menjawab, anda hanyalah satu bagian dari substansi kosmik (universal). Jadi apa bedanya dari bodi saya dan bodi anda adalah suatu persoalan yang tidak perlu dijawab, jadi hanya satu mind tetapi bukan mind individual.
  Substansi Tuhan tidak dipahami, ini berarti Tuhan dan alam adalah satu dan sama. Spinoza percaya pada Tuhan, Tuhan yang dimaksud alam semesta ini, Tuhan tidak berkemauan, tidak melakukan sesuatu, juga tidak memperdulikan manusia. Pada akhirnya tindakan manusia dan Tuhan tidak bebas, di mana alam semesta ini pasti sebagaimana mestinya, semuanya sudah ditentukan.
v  Leibniz (1646 – 1716)
Gottfried Wilhelm Leibniz seorang filsuf Jerman, matematikawan, fisiskawan, dan sejarahwan. Metafisika Leibniz memusatkan pada ide tentang substansi, alam semesta ini mekanistik dan keseluruhannya bergantung pada sebab. Substansi pada leibniz adalah hidup, setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Menurut Leibniz tidak ada jalan untuk menjelaskan bagaimana monad-monad itu dapat berubah dalam dirinya sendiri oleh sesuatu di luarnya, karena tidak ada kemungkinan sesuatu yang masuk ke dalamnya, kita tidak dapat pula membayangkan didalam dirinya ada gerakan  yang dapat di hasilkan sebagaimana didalam suatu gabungan Monad(composite) Monad itu tidak mempunyai jendela, yang lewat jendela itu sesuatu dapat masuk dan dapat keluar[1]. Bangunan filsafatnya prinsip akal yang mencakupi dengan rumus suatu harus mempunyai alasan. Substansi itu banyak disebut monad selap monad berbeda dengan monad lain, Tuhan adalah supermonad dan satu-satunya monad yang tidak diciptakan.
Prinsip metafisiska Leibniz disebut prinsip kontraversi yaitu prisip identitas yang tidak dapat dibedakan, tidak ada dua monad yang memiliki sifat yang sama, hal ini menurut prinsip akal yang mencakupi.
2.      Aliran Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
a)      Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
v  Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
v  Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
v  Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
v  Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
v  Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas     tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
v  Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
b)      Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.
Ø  John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Menurut Locke idea tidak ada sebab jiwa itu laksana kertas tidak berisi apa-apa juga tidak ada idea didalamnya, bagaimana ia berisi sesuatu lock mengatakan dari pengalaman, didalamnya seluruh pengetahuan didapat dan dari sana seluruh pengetahuan berasal[2]. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).
Ø  David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751. Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan, rangkaian pemikiran tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
c)      Beberapa Jenis Empirisme
*      Empirio-kritisisme
Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
*      Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut :
a.       Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b.      Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c.       Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
*      Empirisme Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.

3.      Intuisionisme
Dalam pengetahuan ada dua ungkapan yaitu pengetahuan menganai (knowledge about) dan pengetahuan tentang (knowledge of). Pengetahuan mengenai dinamakan pengetahuan diskursif/pengetahuan simbolis dan pengetahuan ini ada perantaranya. Pengetahuan tentang disebut pengetahuan yang langsung atau pengetahuan intuitif dan pengetahuan tersebut diperoleh secara langsung. Henry Bergson seorang filsuf Perancis berpegang pada perbedaan tersebut. Pengetahuan diskursif diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba mengatakan pada kita mengenai sesuatu.
Intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analitis dan memberikan kepada kita keseluruhan yang bersahaja yang mutlak tanpa suatu ungkapan, terjemahan/penggambaran secara simbolis. Menurut Bergson, intuisi ialah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung atau seketika. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh melalui jalan pelukisan, tidak dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitis[3].
Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman disamping pengalaman yang dihayati oleh indra. Dengan demikian, data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan yang dihasilkan oleh pengindraan. Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi demikian pengalaman harus meliputi indrawi dan pengalaman intuitif.
     Sebenarnya semakin banyak insital yang dipakai oleh para ahli untuk menyebut intuisi, berarti semakin memperkuat pengakuan terhadap keberadaan intuisi tersebut, kendatipun dengan sudut pandang yang mungkin berbeda hal ini dapat memberikan keyakinan, karena sebutan-sebutan yang diberikan itu didasarkan pada fakta-fakta psikologis yang dialami orang banyak.
Kalau kita mau mencermati sesungguhnya banyak sekali fakta yang belum bisa dijelaskan yang disebut dengan “dogma pengetahuan”, atau “dogma dalam pengetahuan”.
Menurut Marcel, manusia mempunyai suatu intuisi kreatif mengenai ada; bukan sebagai objek penglihatan, tetapi sinar tersembunyi yang mencerahi pengalaman dan kemudian terbaca kembali sebagai sesuatu yang muncul dari pengalaman[4].
Tampaknya dari substansi pernyataan Marcel tersebut menunjukkan bahwa pada mulanya intuisi muncul sebagai suatu apriori, tetapi kemudian muncul dalam kapasitasnya sebagai aposteriori yaitu pengetahuan yang timbul sebagai hasil dari pengalaman/dengan istilah lain adalah pengetahuan setelah pengalaman.
Intuisi ada dalam diri manusia dan sekaligus merupakan potensi manusia untuk memperoleh pengetahuan yang sering disebut dengan pengetahuan yang teranugrahkan. Intuisi bisa memiliki otoritas kebenaran pada saat intuisi itu masih murni dari Allah SWT dan belum tercampur dengan interpretasi dan pemahaman manusia. Allah SWT Maha benar dan senantiasa memberikan kebenaran pada manusia. Hanya saja kebenaran yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia melalui intuisi itu dicoba untuk dipahami maksudnya oleh manusia.
Bagaimanapun pendidikan Islam harus memiliki karakter khusus yang membedakan dengan pendidikat ala Barat. Setidaknya, tidak seluruh watak pendidikan Islam itu sama dengan pendidikan model barat. Pemberian khusus pada pendidikan Islam itu dapat ditempuh melalui penggunaan metode instuitif dalam tahap penggagasan teori maupun konsepnya. Pada pemikir Islam tersebut, instuisi justru yakin paling mampu menangkap pengetahuan yang kebenarannya terandalkan, jika dibandingkan dengan metode-metode lainnya.
Di sini tampak kontrasepsi antara pemikir barat dengan pemikir Islam. Pemikir barat memandang rendah instuisi dalam kapasitasnya sebagai metode epistemologi. Sebaliknya, pemikir Islam menilai instuisi adlah metode epistemologi yang paling unggul melebihi akal, indra, dan sebagainya. Dalam pendidikan kerap kali terjadi, bahwa suatu pendidikan dilaksanakan tanpa didasari teori pendidikan, seperti para pendidik yang mendasarkan usahanya pada instuisi. Tetapi, tidak setiap pendidik mempunyai instuisi yang tajam untuk menuntun usaha-usahanya.


1Mat Jalil,Filsafat Umum Philosophi,(Metro;Wagista,2008),hal.92
[2] Mat Jalil,Op.Cit.,hal.101
[3]Juhaya S.Praja,Aliran-Aliran Filsafat dan Etika,(Jakarta;Kencana,2003),hal.32
[4]Qomar Mujamil,Epistemologi Pendidikan Islam,(Jakarta;Erlangga,2005),hal.297

Tidak ada komentar:

Posting Komentar