1.
Aliran
Raionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang
,mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan
mengkaji pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir, alat dalam
berfikir ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika. Tokoh-tokoh
rasionalisme antara lain:
v Rene
Descartes
Rene descartes dapat dikatakan tokoh
filsafat yang merintis lahirnya filsafat modern. Dia mencoba melawan arus
dominasi gereja, dengan menggunakan argumen untuk melepaskan filsafat dari
lingkungan gereja. Abad ini di mulai dengan Ranaisance, corak filsafat pada
abad madern dianutnya kembali Rasionalisme pada masa Yunani kuno, gagasan ino
diajukan oleh Rene Descartes, ia disebut bapak filsafat modern. Kata bapak
diberikan kepada kepada Descartes karena ia orang pertama pada zaman modern
yang membangun filsafat yang berdiri di atas keyakinannya sendiri yang
dihasilkan oleh pengetahuan akliah, dasar filsafat harus akal, bukan perasaan,
bukan ayat suci bukan pula yang lain.
v Spinoza
(1632 – 1677)
Nama asli Baruch Spinoza, setelah mengucilkan diri dari agama yahudi
mengubah namanya menjadi Benedictus de Spinoza, ia hidup di pinggiran kota
Amsterdam.
Substansi itu hanya satu, ia monis. Bodies dan
mind adalah atribut yang satu, bodies dan mind bukan berdies sendiri. Bagaimana
membedakan atribut bodies dan mind Spinoza menjawab, anda hanyalah satu bagian
dari substansi kosmik (universal). Jadi apa bedanya dari bodi saya dan bodi
anda adalah suatu persoalan yang tidak perlu dijawab, jadi hanya satu mind
tetapi bukan mind individual.
Substansi Tuhan tidak dipahami, ini berarti Tuhan dan alam adalah satu
dan sama. Spinoza percaya pada Tuhan, Tuhan yang dimaksud alam semesta ini,
Tuhan tidak berkemauan, tidak melakukan sesuatu, juga tidak memperdulikan
manusia. Pada akhirnya tindakan manusia dan Tuhan tidak bebas, di mana alam
semesta ini pasti sebagaimana mestinya, semuanya sudah ditentukan.
v Leibniz
(1646 – 1716)
Gottfried Wilhelm Leibniz seorang filsuf
Jerman, matematikawan, fisiskawan, dan sejarahwan. Metafisika Leibniz
memusatkan pada ide tentang substansi, alam semesta ini mekanistik dan
keseluruhannya bergantung pada sebab. Substansi pada leibniz adalah hidup,
setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Menurut Leibniz tidak ada jalan untuk menjelaskan
bagaimana monad-monad itu dapat berubah dalam dirinya sendiri oleh sesuatu di
luarnya, karena tidak ada kemungkinan sesuatu yang masuk ke dalamnya, kita
tidak dapat pula membayangkan didalam dirinya ada gerakan yang dapat di hasilkan sebagaimana didalam
suatu gabungan Monad(composite) Monad itu tidak mempunyai jendela, yang lewat jendela
itu sesuatu dapat masuk dan dapat keluar[1].
Bangunan filsafatnya prinsip akal yang mencakupi dengan rumus suatu harus
mempunyai alasan. Substansi itu banyak disebut monad selap monad berbeda dengan
monad lain, Tuhan adalah supermonad dan satu-satunya monad yang tidak
diciptakan.
Prinsip metafisiska Leibniz disebut
prinsip kontraversi yaitu prisip identitas yang tidak dapat dibedakan, tidak
ada dua monad yang memiliki sifat yang sama, hal ini menurut prinsip akal yang
mencakupi.
2.
Aliran
Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.
Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba
atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari
rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang
sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari
panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata
lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
a)
Ajaran-ajaran pokok empirisme
yaitu:
v Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
v Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan
bukan akal atau rasio.
v Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
v Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara
tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional
logika dan matematika).
v Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang
realitas tanpa acuan pada pengalaman
inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk
mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
v Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
b)
Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292)
dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh
berikutnya, John Locke dan David Hume.
Ø
John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun
1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John
termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding,
terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two
treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi
terhadap aliran rasionalisme. Menurut Locke idea tidak ada sebab jiwa itu
laksana kertas tidak berisi apa-apa juga tidak ada idea didalamnya, bagaimana
ia berisi sesuatu lock mengatakan dari pengalaman, didalamnya seluruh
pengetahuan didapat dan dari sana seluruh pengetahuan berasal[2].
Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut
empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera.
Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan
budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui
pengalamanlah kertas itu terisi.Dengan demikian dia menyamakan pengalaman
batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang
bersumber dari empiri).
Ø
David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan
wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra
dan juga filsafat. Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen
understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral
yang terbit tahun 1751. Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat
yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu
memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume
menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian
kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan
bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu
institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan
kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha
analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu
pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba
(eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian
pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan, rangkaian pemikiran tersebut
dapat di gambarkan sebagai berikut:
c)
Beberapa Jenis Empirisme
Empirio-kritisisme
Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang
bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach.
Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep
substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori.
Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah
elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini
dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara
sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran
ini juga anti metafisik.
Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada
pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang
pada pandangan-pandangan berikut :
a.
Ada batas-batas bagi Empirisme.
Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat
dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b.
Semua proposisi yang benar
dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi
yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c.
Pertanyaan-pertanyaan mengenai
hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
Empirisme Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan
dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak
secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan melawan
kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah menimbulkan banyak
pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan
bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu pengetahuan
yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan
empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk
mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam
situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel
certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada
pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data
inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis
sama sekali.
3.
Intuisionisme
Dalam pengetahuan ada dua ungkapan yaitu
pengetahuan menganai (knowledge about) dan pengetahuan tentang (knowledge of).
Pengetahuan mengenai dinamakan pengetahuan diskursif/pengetahuan simbolis dan
pengetahuan ini ada perantaranya. Pengetahuan tentang disebut pengetahuan yang
langsung atau pengetahuan intuitif dan pengetahuan tersebut diperoleh secara
langsung. Henry Bergson seorang filsuf Perancis berpegang pada perbedaan tersebut.
Pengetahuan diskursif diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba
mengatakan pada kita mengenai sesuatu.
Intuisi mengatasi sifat lahiriah
pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analitis dan memberikan kepada
kita keseluruhan yang bersahaja yang mutlak tanpa suatu ungkapan,
terjemahan/penggambaran secara simbolis. Menurut Bergson, intuisi ialah suatu
sarana untuk mengetahui secara langsung atau seketika. Analisa atau pengetahuan
yang diperoleh melalui jalan pelukisan, tidak dapat menggantikan hasil
pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitis[3].
Salah satu di antara unsur-unsur yang
berharga dalam intuisionisme Bergson ialah paham ini memungkinkan adanya suatu
bentuk pengalaman disamping pengalaman yang dihayati oleh indra. Dengan
demikian, data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi
pengetahuan yang dihasilkan oleh pengindraan. Kant masih tetap benar dengan
mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi demikian
pengalaman harus meliputi indrawi dan pengalaman intuitif.
Sebenarnya semakin
banyak insital yang dipakai oleh para ahli untuk menyebut intuisi, berarti
semakin memperkuat pengakuan terhadap keberadaan intuisi tersebut, kendatipun
dengan sudut pandang yang mungkin berbeda hal ini dapat memberikan keyakinan,
karena sebutan-sebutan yang diberikan itu didasarkan pada fakta-fakta
psikologis yang dialami orang banyak.
Kalau kita mau mencermati sesungguhnya
banyak sekali fakta yang belum bisa dijelaskan yang disebut dengan “dogma pengetahuan”,
atau “dogma dalam pengetahuan”.
Menurut Marcel, manusia mempunyai suatu
intuisi kreatif mengenai ada; bukan sebagai objek penglihatan, tetapi sinar
tersembunyi yang mencerahi pengalaman dan kemudian terbaca kembali sebagai
sesuatu yang muncul dari pengalaman[4].
Tampaknya dari substansi pernyataan
Marcel tersebut menunjukkan bahwa pada mulanya intuisi muncul sebagai suatu
apriori, tetapi kemudian muncul dalam kapasitasnya sebagai aposteriori yaitu
pengetahuan yang timbul sebagai hasil dari pengalaman/dengan istilah lain
adalah pengetahuan setelah pengalaman.
Intuisi ada dalam diri manusia dan
sekaligus merupakan potensi manusia untuk memperoleh pengetahuan yang sering
disebut dengan pengetahuan yang teranugrahkan. Intuisi bisa memiliki otoritas
kebenaran pada saat intuisi itu masih murni dari Allah SWT dan belum tercampur
dengan interpretasi dan pemahaman manusia. Allah SWT Maha benar dan senantiasa
memberikan kebenaran pada manusia. Hanya saja kebenaran yang dianugrahkan Allah
SWT kepada manusia melalui intuisi itu dicoba untuk dipahami maksudnya oleh
manusia.
Bagaimanapun pendidikan Islam harus
memiliki karakter khusus yang membedakan dengan pendidikat ala Barat. Setidaknya, tidak seluruh
watak pendidikan Islam itu sama dengan pendidikan model barat. Pemberian khusus
pada pendidikan Islam itu dapat ditempuh melalui penggunaan metode instuitif
dalam tahap penggagasan teori maupun konsepnya. Pada pemikir Islam tersebut,
instuisi justru yakin paling mampu menangkap pengetahuan yang kebenarannya
terandalkan, jika dibandingkan dengan metode-metode lainnya.
Di sini tampak kontrasepsi antara
pemikir barat dengan pemikir Islam. Pemikir barat memandang rendah instuisi
dalam kapasitasnya sebagai metode epistemologi. Sebaliknya, pemikir Islam
menilai instuisi adlah metode epistemologi yang paling unggul melebihi akal,
indra, dan sebagainya. Dalam pendidikan kerap kali terjadi, bahwa suatu
pendidikan dilaksanakan tanpa didasari teori pendidikan, seperti para pendidik
yang mendasarkan usahanya pada instuisi. Tetapi, tidak setiap pendidik
mempunyai instuisi yang tajam untuk menuntun usaha-usahanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar