Kamis, 27 Januari 2011

CeritaQ

Ini kan dalil untuk orang lain

"Saudara-saudara, Allah berfirman, kamu tidak mencapai kebajikan yang sempurna sebelum menginfakkan apa yang kalian cintai." Begitulah kata seorang dai dengan bahasa yang menggebu-gebu dan semangat menggelora seperti Bung Karno di zaman dulu. Semua orang mendengarkan dengan seksama. Tidak terkecuali istri Al Mukarram Dai tersebut. Mereka laksana tersihir olehnya.
Malam berikutnya Sang Dai diminta mengisi tabligh di tempat lain. Namun kali ini sang istri tidak bisa ikut karena ada sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan (Alasan orang kan biasanya begitu tho?). Ternyata di rumah ada tamu dua orang mahasiswa yang ingin mengundang Sang Dai untuk menyampaikan tabligh akbar di kampus pencetak intelek pencari lapangan kerja. Ya, meskipun yang datang tidak seberapa, tapi kan istilah yang sedang ngetrend sekarang tabligh akbar. Istri Sang Dai ingat kata-kata suaminya. Segera ia menyuruh anak sulungnya untuk menyembelih jago bangkok klangenan sang suami. "Ah, pasti Abi akan bangga kalau aku infakkan ayam kesayangannya ini untuk menjamu tamu," pikirnya sambil tersenyum.
Singkat cerita, masakanpun matang dan istri Sang Dai menyuguhkan tamunya dengan daging ayam klangenan sang suami. Setelah semuanya dirasa cukup, merekapun pulang.
Beberapa saat kemudian Sang Dai pulang. Dengan penuh kasih dan hormat, istrinya menyambut. Maklumlah, ia adalah sosok istri pendamba surga. "Abi lapar?" tanyanya.
Suaminya mengangguk. Ia pun mengambilkan makan nasi dan daging ayam yang masih ada. Sambil menemani suaminya makan, sang istri bercerita tentang tamu yang mengundangnya untuk tabligh akbar. Suaminya manggut-manggut sambil menikmati daging ayam masakan istrinya. "Kalau saja tiap tamu mbawa makan ayam tiap hari seperti ini, pasti rasanya lebih nikmat," pikirnya.
Pagi harinya, Sang Dai merasa ada sesuatu yang kurang. Yah, ia tidak mendengar kokok ayam jantan klangenannya. Ia mencari kemana-mana tetapi tidak ketemu juga.
"Umi, di mana ayam jago klangenan Abi?" tanyanya kepada istrinya.
"Lha, yang Abi makan tadi malam itu kan si Jago?" kata istrinya.
"Inna lillaahi wa innaa ilahi rooji'uun," kata suaminya sedih.
"Lha, itu bukan ayam bawaan tamu ya Mi? Itu Si Jago" Kok Umi tega-teganya menyembelih binatang kesayangan Abi," kata Sang Dai penuh penyesalan
"Lha, kata Abi kita baru mencapai derajat kebajikan yang sempurna kalau sudah menginfakkan apa yang kita cintai. Lha, saya ingin mencapai derajat itu bersama Abi," kata istrinya menjelaskan maksudnya.
"Umi, umi. Itu kan dalil untuk orang lain, bukan untuk kita."
"Oalah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar